SelaMat DatanG dI Blogg CoRetaN Lare NgaPak

Sabtu, 25 September 2010

Aku PecundanG

Dikala orang-orang sedang berlomba-lomba menuju kesuksesannya aku malah menjadi seorang pecundang yang mengotori mimpi-mimpiku. Ku tak berdaya dengan perubahan dalam sikapku yang semakin hari semakin menjijikan. Tak ayal rasa kepercayaan terhadap diri sendiri pun sirna secara perlahan, tak ada harapan yang bisa menjadikan aku seperti dulu lagi. Aku tak mengerti begitu sulit lagi untuk bangkit kembali, untuk dapat menikmati hari-hari penuh dengan semangat dan harapan yang tinggi. Kini mimpi-mimpi itu pudar dengan sepudar-pudarnya. Hanya sekedar mimpi disiang bolong sebatas hayalan dan imajinasi saja. Waktuku kuhamburkan dengan sia-sia serasa tak ada harganya, tanpa makna, tak ber-arti dan tidak ada ruh dalam menjalani kehidupan ini. Harta orangtua pun perlahan ku habiskan tanpa ada hasil dan tak bersisa sedikitpun, hilang begitu saja digunakan untuk memuaskan hasratku. Kawan terbaikuku pun menjauh terlepas dari sikap angkuhku, melupakan segala kenangan bersama yang pernah kita alami. Kekasihku meninggalkanku tanpa kabar darinya dan orangtuaku hanya bisa menunduk pasrah menahan rasa kekecewaan terhadapku.
Aku bagaikan mayat hidup yang berjalan menelusuri lika-liku kehidupan tanpa tujuan, tanpa makna tanpa harapan hanya dengan raga aku hidup. Seribu penyesalan menikam perasaanku secara bertubi-tubi, mengubur dalam-dalam harapan sehingga aku lupa caranya untuk bangkit kembali. Aku seperti orang buta bahkan lebih dari itu karena indera penglihatanku sedikit menyaring apa yang ku tatap, aku tuli karena jarang sekali nasihat kudengar, ku hiraukan begitu saja, aku bisu karena lidahku tak bertulang, kata-kata yang keluar sering menyakitkan perasaan orang yang aku ajak bicara tanpa dipikir dulu, aku lumpuh karena ku tak sanggup mengarahkan langkahku untuk kebaikan. Lambungku ku manjakan dengan nafsu, akalku tak jernih penuh dengan kekuasaan, kekejaman dan panjang angan-angan, perangaiku semakin egois dan berlapis kesombongan. Hidupku sekarang dipenuhi dengan rasa bersalah, penyesalan, banyak alasan dan keluhan. Aku butuh perhatian, aku butuh dukungan, aku butuh kesempatan, aku butuh keadilan dan pengakuan, aku hanyalah seorang manusia biasa yang masih membutuhkan hak untuk dihormati sebagai manusia walau dalam keadaan hina seperti ini. Dan kalian juga sama seperti aku hanya seorang manusia biasa yang tak sepantasnya merasa lebih baik.
Terserah kalian menganggapku apa karena aku masih tuli, namun ada sebuah permintaan dan pesan dariku “Ya Tuhan ampunilah aku, berikan satu kesempatan untuk berbuat sesuatu yang lebih berharga dan bermakna walaupun aku tak sebaik dan sehebat sebelumnya, bagiku jadi orang biasa sudah cukup walaupun diluar sana banyak orang yang menghinaku”….

Rabu, 22 September 2010

Arti Kasih sayang Seorang Ibu

Bacalah dengan hati terbuka dan tuntas agar tidak merasa terlambat di kemudian hari!

Saat kau berumur SATU tahun, dia menyuapi dan memandikanmu, sebagai balasannya kau menangis sepanjang malam. Saat kau berumur DUA tahun, dia mengajarimu cara berjalan, sebagai balasannya kau kabur saat dia memanggilmu. Saat kau berumur TIGA tahun, dia memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang, sebagai balasannya kau buang piring berisi makanan ke lantai.

Saat kau berumur EMPAT tahun, dia memberimu pensil berwarna, sebagai balasannya kau coret-coret dinding rumah dan meja makan. Saat kau berumur LIMA tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah, sebagai balasannya kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah. Saat kau berumur ENAM tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah, sebagai balasannya kau berteriak: "ngga mau". Saat kau berumur TUJUH tahun, dia membelikanmu bola, sebagai balasannya kau lemparkan bola ke jendela tetangga.

Saat kau berumur DELAPAN tahun, dia memberimu es krim, sebagai balasannya kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu. Saat kau berumur SEMBILAN tahun, dia membayar mahal untuk kursus musik, bimbingan belajar, menari, dan lain sebagainya, sebagai balasannya kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih serta malas. Saat kau berumur SEPULUH tahun, dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang, les tari, bela diri, hingga pesta ulang tahun, sebagai balasannya kau turun dari mobil tanpa memberi salam atau pergi tanpa alasan. Saat kau berumur SEBELAS tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke bioskop, sebagai balasannya kau minta dia duduk di baris lain karena malu pada teman-temanmu.

Saat kau berumur DUA BELAS tahun, dia melarangmu untuk menonton acara TV khusus orang dewasa, sebagai balasannya kau tunggu dia sampai tidur/keluar rumah. Saat kau berumur TIGA BELAS tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut karena sudah waktunya, sebagai balasannya kau katakan: "Ibu kuno dan tidak tahu mode". Saat kau berumur EMPAT BELAS tahun, dia membayar biaya untuk campingmu selama sebulan liburan, sebagai balasannya kau tak pernah menghubunginya. Saat kau berumur LIMA BELAS tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu, sebagai balasannya kau kunci pintu kamarmu.

Saat kau berumur ENAM BELAS tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya, sebagai balasannya kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya. Saat kau berumur TUJUH BELAS tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting, sebagai balasannya kau pakai telepon nonstop semalaman. Saat kau berumur DELAPAN BELAS tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA, sebagai balasannya kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kau berumur SEMBILAN BELAS tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama, sebagai balasannya kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu. Saat kau berumur DUA PULUH tahun, dia bertanya: "Dari mana saja seharian ini?", sebagai balasannya kau jawab: "Ah! Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang saja!" Saat kau berumur DUA PULUH SATU tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan, sebagai balasannya kau katakan: "Aku tidak ingin seperti IBU".

Saat kau berumur DUA PULUH DUA tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi, sebagai balasannya kau tanya hadiah apa yang disediakannya untukmu atau kapan kau boleh ke Bali. Saat kau berumur DUA PULUH TIGA tahun, dia membelikanmu satu set furniture untuk rumah barumu, sebagai balasannya kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu. Saat kau berumur DUA PULUH EMPAT tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencana masa depanmu, sebagai balasannya kau mengeluh: "Aduh, bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu!" Saat kau berumur DUA PULUH LIMA tahun, dia membantumu membiayai pernikahanmu, sebagai balasannya kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kau berumur TIGA PULUH tahun, dia memberikanmu beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu, sebagai balasannya kau katakan padanya: "Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!" Saat kau berumur EMPAT PULUH tahun, dia menelpon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat, sebagai balasannya kau jawab: "Bu, saya sibuk sekali, ngga ada waktu". Saat kau berumur LIMA PULUH tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu, sebagai balasannya kau baca buku tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya. Dan hingga suatu hari ..............., dia meninggal dengan tenang, dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan untuknya. Semua itu datang menghantam HATI-mu bagaikan palu godam.

JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI. DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH AKAN KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.